Google Akan Menghapus Akun Tidak Aktif Mulai Desember

Google akan menghapus akun yang tidak digunakan selama dua tahun mulai dari Desember. Kebijakan ini diambil guna mencegah ancaman keamanan termasuk hack.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa jika sebuah akun Google tidak digunakan atau masuk selama setidaknya dua tahun, maka akun dan konten di seluruh Google Workspace, termasuk Gmail, Dokumen, Drive, Meet, dan Kalender, serta YouTube dan Google Photos, mungkin akan dihapus.

google widgets

Perubahan kebijakan hanya berlaku untuk Akun Google pribadi dan tidak berlaku untuk organisasi seperti sekolah atau bisnis.

Pada tahun 2020, Google telah mengumumkan bahwa akan menghapus konten yang tersimpan dalam akun tidak aktif, namun tidak menghapus akunnya.

Mulai Selasa, Google akan mengirimkan beberapa notifikasi ke alamat email akun dan alamat email pemulihan dari akun yang tidak aktif sebelum dihapus.

Kebijakan serupa juga diambil oleh Twitter yang akan menghapus akun yang tidak aktif selama beberapa tahun dan mengarsipkannya. Menurut Elon Musk, tindakan ini “penting untuk membebaskan username yang ditinggalkan.”

Pentingnya Keamanan Data

Kebijakan penghapusan akun tidak aktif oleh Google dan Twitter menunjukkan betapa pentingnya keamanan data di era digital saat ini. Semakin banyak konten yang disimpan dan dibagikan secara online, semakin besar pula risiko privasi dan keamanan.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan teknologi harus bertindak cepat dan proaktif dalam melindungi data pengguna mereka dari ancaman keamanan.

Google memastikan bahwa penghapusan akun tidak aktif hanya akan berlaku untuk akun pribadi dan tidak akan berdampak pada organisasi seperti sekolah atau bisnis. Namun demikian, perusahaan-perusahaan tersebut harus tetap memperhatikan keamanan data dan melindungi keamanan akun pengguna mereka.

Joint Venture untuk Perlindungan Data

Menurut dokumen draf yang dilihat oleh Reuters, Google, Microsoft, Amazon, dan penyedia layanan cloud non-UE lainnya yang ingin mengamankan label keamanan siber UE untuk menangani data sensitif hanya dapat melakukannya melalui joint venture dengan perusahaan yang berbasis di UE.

Teknologi raksasa AS dan lainnya yang terlibat dalam joint venture hanya bisa memiliki saham minoritas, dan karyawan yang memiliki akses ke data UE harus menjalani pemeriksaan khusus dan harus berada di blok 27 negara.

Ini menunjukkan bahwa perlindungan data menjadi semakin penting bagi perusahaan-perusahaan teknologi di seluruh dunia. Penyedia layanan cloud harus mempertimbangkan cara-cara untuk memastikan keamanan dan privasi data pengguna mereka, terutama ketika menangani data sensitif.

Dampak Kebijakan Terhadap Saham

Kebijakan penghapusan akun tidak aktif oleh Google dan Twitter tidak hanya berdampak pada keamanan data pengguna, tetapi juga pada pasar saham.

Pada bulan lalu, saham Alphabet turun lebih dari 4 persen dalam perdagangan pra-bursa setelah laporan yang menyebutkan bahwa Samsung Electronics Korea Selatan sedang mempertimbangkan mengganti Google dengan mesin pencari milik Microsoft, Bing, sebagai mesin pencari default pada perangkatnya.

Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh perusahaan teknologi dapat berdampak pada lingkungan bisnis, terutama jika kebijakan tersebut berkaitan dengan keamanan data atau privasi.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan teknologi harus mempertimbangkan dampak kebijakan mereka pada pasar saham dan melakukan tindakan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Kesimpulan

Dalam era digital, keamanan data menjadi semakin penting. Perusahaan-perusahaan teknologi harus bertindak cepat dan proaktif dalam melindungi privasi dan keamanan data pengguna mereka.

Kebijakan penghapusan akun tidak aktif oleh Google dan Twitter menunjukkan betapa pentingnya perlindungan data dan privasi.

Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi juga harus mempertimbangkan dampak kebijakan mereka pada pasar saham dan melakukan tindakan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatifnya.