YouTube Mulai Blokir Ad Blocker

YouTube, platform video terbesar di dunia, mengumumkan bahwa mereka akan mulai memblokir ad blocker. Hal ini diduga sebagai upaya untuk menggenjot penjualan layanan berlangganan YouTube Premium.

Langkah ini diambil setelah jumlah pelanggan YouTube Premium mencapai rekor 80 juta pada tahun 2022 dan Google berencana untuk menginvestasikan lebih banyak untuk meningkatkan layanan berlangganan pada tahun 2023.

Youtube Ads

Seorang pengguna Reddit melaporkan bahwa saat menonton video, muncul popup yang memberitahu bahwa “Ad blocker tidak diizinkan di YouTube”. Pesan tersebut menawarkan tombol “Izinkan iklan di YouTube” pada perangkat lunak ad blocker dan menjelaskan bahwa iklan membuat layanan tersebut gratis bagi miliaran pengguna dan bahwa YouTube Premium menawarkan pengalaman tanpa iklan. Bahkan, tombol untuk mendaftar keanggotaan YouTube Premium juga disediakan.

Menanggapi kabar ini, moderator subreddit YouTube menerima pesan dari tim YouTube yang mengkonfirmasi bahwa popup tersebut adalah bagian dari eksperimen yang sedang dijalankan. Meskipun hanya satu laporan pengguna yang ditemukan, hal ini bisa menjadi pertanda akan hal-hal yang akan datang.

Google telah lama berseteru dengan ad blocker, dan melarang aplikasi ad blocker di Play Store pada tahun 2016 serta mengimplementasikan perubahan pada Chrome yang dapat membahayakan ekstensi ad blocker di masa depan.

Namun, ad blocker sebelumnya sangat tidak efektif dalam melawan iklan tertanam di YouTube, sehingga uji coba ini mungkin lebih berkaitan dengan mempromosikan YouTube Premium ketimbang memblokir ad blocker.

Sebelumnya, sekitar setahun yang lalu, Google berhasil menonaktifkan aplikasi pihak ketiga populer bernama YouTube Vanced, yang memblokir iklan tertanam di YouTube tanpa harus berlangganan YouTube Premium.

Meskipun uji coba ini mungkin tidak akan diterapkan secara luas, Google nampaknya berkomitmen pada model pendapatan iklan dan ingin memastikan bahwa satu-satunya cara untuk tidak melihat iklan adalah dengan berlangganan keanggotaan YouTube Premium seharga $12 per bulan.

Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, keputusan Google untuk memblokir ad blocker dapat mempengaruhi pengalaman pengguna yang menganggap iklan sebagai gangguan dan mengundang kecurigaan akibat ketidaktransparan pengumpulan data oleh Google. Namun, Google berpendapat bahwa penggunaan ad blocker dapat mengurangi pendapatan pengiklan dan merusak model bisnis mereka.

Kedua, keputusan Google ini mungkin juga menambah dukungan untuk layanan berlangganan di tengah meningkatnya penggunaan teknologi ad blocker. Dengan menawarkan pengalaman tanpa iklan melalui YouTube Premium, Google dapat memperoleh pendapatan lebih banyak dan memperkuat model bisnis mereka.

Ketiga, meskipun Google berkomitmen pada model pendapatan iklan, mereka juga mempertimbangkan kekhawatiran privasi pengguna. Oleh karena itu, Google meluncurkan fitur baru bernama “Ad Personalization Settings” yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol iklan yang mereka lihat dan memilih apakah mereka ingin melihat iklan yang didasarkan pada aktivitas di luar platform Google.

Dengan demikian, keputusan Google untuk memblokir ad blocker di YouTube mungkin menjadi pertanda bahwa perusahaan tersebut semakin serius dalam menggenjot penjualan layanan berlangganan YouTube Premium. Namun, Google juga harus mempertimbangkan kekhawatiran pengguna terkait privasi dan memberikan kontrol yang lebih besar pada pengguna dalam mengatur preferensi iklan mereka.