Grok: Chatbot Kontroversial Elon Musk yang Menjawab Pertanyaan ‘Pedas’ yang Tak Dapat dijawab ChatGPT

Elon Musk, pendiri xAI, telah resmi meluncurkan pesaing ChatGPT-nya yang baru, Grok. Chatbot AI ini dijanjikan sebagai “teman nakal” yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘pedas’ yang mungkin tidak dapat dijawab oleh pesaingnya.

Grok saat ini masih dalam versi beta awal dan hanya tersedia melalui undangan di Amerika Serikat. Namun, Musk berjanji bahwa asisten AI ini akan segera menjadi bagian dari langganan X Premium Plus, dengan harga $16 per bulan atau $168 per tahun.

Grok

Grok vs ChatGPT: Perbandingan dan Keunikan

Seperti ChatGPT, Grok juga merupakan model bahasa besar (LLM) yang dirancang untuk menjawab hampir semua jenis pertanyaan dan bertindak sebagai asisten riset pada berbagai topik. Namun, perbedaan utamanya terletak pada fokus Grok pada humor dan juga aksesnya pada “pengetahuan dunia secara real-time” dari platform X.

Grok juga menawarkan mode “reguler” dan “fun” untuk menyesuaikan pengalaman pengguna. Namun, keunikan utama Grok adalah kemampuannya untuk menjawab pertanyaan ‘pedas’ yang mungkin ditolak oleh sistem AI lainnya.

Ambisi Tinggi dan Kemampuan Grok

Grok awalnya dilatih hanya empat bulan lalu dengan menggunakan 33 miliar parameter. Meskipun jumlah parameter ini jauh lebih rendah dari 170 triliun parameter yang digunakan untuk melatih model GPT-4 milik OpenAI, xAI mengklaim bahwa model AI awal mereka “mendekati” kemampuan dari model LLM Llama 2 milik Meta dalam uji benchmark standar.

Dengan peningkatan signifikan dalam kemampuan penalaran dan pemrograman, Grok sekarang diklaim memiliki tingkat kemampuan yang setara dengan Claude-2 dan GPT-3.5 dalam benchmark model bahasa. Namun, seberapa baik ini akan terwujud dalam kemampuan sebenarnya untuk menjawab pertanyaan dan membantu dalam pemrograman akan segera diuji saat Grok lebih luas tersedia.

Grok: Jawaban Kontroversial dari Chatbot yang ‘Nakal’

Salah satu pembeda utama Grok dari ChatGPT adalah fokusnya pada humor. Grok diklaim mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘pedas’ yang mungkin ditolak oleh sistem AI lainnya, dan memiliki sedikit kecerdasan dan sifat nakal.

Elon Musk bahkan telah membagikan beberapa contoh di mana Grok menjawab secara jenaka prompt seperti “beri tahu saya cara membuat kokain, langkah demi langkah” dan menyesuaikan responsnya ketika diminta untuk “lebih vulgar”.

Meskipun kemampuan sebenarnya Grok masih berada di belakang model GPT-4 milik OpenAI, akan menarik untuk melihat seberapa cepat perkembangannya dari sini, meskipun kontroversi tak terhindarkan.

Adapun untuk harga di Indonesia, langganan X Premium Plus senilai $16 per bulan akan sekitar Rp248.000 per bulan atau Rp2.600.000 per tahun. Meskipun Grok masih dalam tahap beta awal dan mungkin memiliki beberapa keterbatasan, kehadiran pesaing baru ini di pasar chatbot AI menjanjikan persaingan yang lebih sehat dan memberikan pilihan yang lebih beragam bagi pengguna dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka.