TikTok Mengumumkan Fitur Kiriman Teks untuk Bersaing dengan Twitter Setelah Elon Musk Mengubah Nama Platform Menjadi X

TikTok, platform sosial yang dikenal dengan konten video yang adiktif, mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan menyediakan fitur kiriman teks, menjadi raksasa teknologi terbaru yang menawarkan alternatif bagi Twitter yang sedang bergelut dengan berbagai masalah.

Kiriman teks di TikTok akan lebih mirip dengan penawaran serupa di Instagram, yang pada awal bulan ini juga meluncurkan tantangan bagi Twitter — yang pemiliknya, Elon Musk, mengubah namanya menjadi X — yang disebut Threads.

TikTok

Seperti Threads yang dimiliki oleh Meta, TikTok juga memiliki keuntungan dari ukurannya yang besar, dengan sekitar 1,4 miliar pengguna aktif bulanan, menurut situs spesialis Business of Apps.

Namun, berbeda dengan perusahaan induk Facebook, TikTok memilih untuk mengintegrasikan fitur teks baru ini ke dalam aplikasinya daripada meluncurkan produk terpisah, seperti yang dilakukan oleh Meta dengan Threads.

Versi TikTok akan tetap lebih visual daripada kiriman Twitter atau Threads, dengan pengguna dapat menambahkan latar belakang berwarna, musik, dan stiker ke dalam kiriman teks tersebut.

Perusahaan yang dimiliki oleh China tersebut mengatakan bahwa format baru ini akan memperluas “batasan-batasan dalam pembuatan konten bagi semua pengguna TikTok” dan mengakses “kreativitas” yang terlihat dalam komentar dan keterangan, ujar perusahaan tersebut.

Selain Threads, platform-platform yang lebih kecil seperti Mastodon, Bluesky, dan Substack Notes juga muncul sebagai pesaing potensial bagi Twitter, namun belum ada yang berhasil menggulingkannya meskipun Twitter mengalami berbagai masalah.

Musk minggu lalu mengatakan bahwa Twitter telah kehilangan sekitar setengah dari pendapatan iklannya, memberikan peluang bagi para pesaing.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di dunia media sosial, TikTok memutuskan untuk memperluas fiturnya dengan memperkenalkan kiriman teks. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah serupa yang diambil oleh Instagram, yang baru-baru ini meluncurkan Threads sebagai tantangan bagi Twitter.

Dengan memiliki lebih dari 1,4 miliar pengguna aktif bulanan, TikTok memiliki basis pengguna yang kuat untuk memperkenalkan fitur baru ini. Dalam upaya untuk membedakan dirinya dari Twitter dan Threads, TikTok tetap mempertahankan elemen visual yang menjadi ciri khas platform mereka. Pengguna dapat menambahkan latar belakang berwarna, musik, dan stiker ke dalam kiriman teks, memberikan sentuhan kreatif yang unik.

Keputusan TikTok untuk mengintegrasikan fitur teks ke dalam aplikasinya sebagai lawan peluncuran produk terpisah, seperti yang dilakukan oleh Meta dengan Threads, menunjukkan strategi yang berbeda. TikTok ingin memanfaatkan basis pengguna yang sudah ada dan memberikan pengalaman yang lebih lengkap dalam satu platform. Ini juga dapat menjadi strategi yang lebih efisien dalam mengelola fitur baru dan mempertahankan pertumbuhan pengguna yang kuat.

Dalam pengumuman resminya, TikTok mengungkapkan bahwa mereka ingin mengembangkan batasan-batasan dalam pembuatan konten bagi pengguna mereka. Dengan adanya fitur kiriman teks, TikTok berharap dapat memungkinkan pengguna untuk berkreasi lebih luas dan mengekspresikan diri mereka melalui teks, selain melalui video. Ini juga memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berinteraksi lebih banyak melalui komentar dan keterangan yang lebih panjang.

Meskipun ada beberapa platform yang telah muncul sebagai pesaing potensial bagi Twitter, seperti Mastodon, Bluesky, dan Substack Notes, belum ada yang mampu menggulingkan Twitter dari posisinya sebagai salah satu platform media sosial terbesar di dunia.

Namun, dengan kehilangan sebagian besar pendapatan iklan Twitter, peluang bagi para pesaing semakin terbuka. TikTok dengan basis pengguna yang kuat dan fitur-fitur baru seperti kiriman teks dapat menjadi ancaman serius bagi Twitter dalam kompetisi ini.

Dengan demikian, langkah TikTok untuk menghadirkan fitur kiriman teks menunjukkan betapa kompetitifnya pasar media sosial saat ini. Dalam era di mana konten video dominan, TikTok berusaha untuk memperluas batas-batas konten dengan memperkenalkan elemen teks.

Bagi pengguna TikTok, ini dapat menjadi tambahan yang menyegarkan dan memberikan lebih banyak kesempatan untuk berkreasi. Bagi Twitter, tantangan semakin nyata dengan kehilangan pendapatan iklan dan munculnya pesaing baru.